ASSALAMU'ALAIKUM DAN SALAM SEJAHTERA..........SELAMAT DATANG KE BLOG MASJID ANNUR..........SEMOGA AMALAN KITA PADA HARI INI LEBIH BAIK DARIPADA SEMALAM..........MARI BERSAMA-SAMA MENGIMARAHKAN MASJID KITA.

Saturday, 18 July 2015

PESAN DAN KESAN RAMADHAN YANG HARUS DIPEGANGI BERSAMA

KHUTBAH AIDILFITRI 
 
KHUTBAH PERTAMA

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْوَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ. اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW bersabda:
زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر

Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 

Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi:

اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.” 

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum dan hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah. Sebab 12 jam x 30 hari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semula sesuatu yang halal menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan menjadi haram. 

Tapi setelah semua cobaan yg kita lewati pernahka kita memperhatikan aspek social Ramadhan, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya pernah merasakan lapar.

Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, gumedhe, jumawa seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih saying Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.

Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid ?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir ??
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?

Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada kejelekan

Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…

Ma’syiral muslimin rahimakumullah…

Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati Allah swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan berkepanjangan di akherat kelak.

Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin jauh ?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.
Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah semestinya kita pegang teguh bersama susudah Ramadhan yang mulia ini. 

Pesan pertama Ramadhan adalah Pesan moral atau Tahdzibun Nafsi

Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda: Jihad yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.
Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia. 
 
Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan social (keadaan masyarakat) yang sangat mengkhawatirkan. Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah, undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.

Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat mengoptimalkan dengan baik sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:

وَاْلكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ

"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Pesan kedua adalah pesan sosial

Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah. Indah disini justru terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya sebab كُلُّكُمْ عِيَالُ اللهِ , kalian semua adalah ummat Allah. 

Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana yang terkandung dalam hadis Qurthubi:


اِنّىِ رَأَيْتُ اْلبَارِحَةَ عَجَاً رَأَيْتُ مِنْ اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka."

Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Pesan ketiga adalah pesan jihad
Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni berperang di jalan Allah akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh, yaitu: 

بَذْلُ مَاعِنْدَهُ وَمَا فِى وُسْعِهِ لِنَيْلِ مَا عِنْدَ رَبِّهِ مِنْ جَزِيْلِ ثَوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ اَلِيْمِ عِقَابِهِ

"Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."

Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat Islam baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap dijalankan.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai agama dan ketaatan kepada Allah. 

Mengingat adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara damai Indonesia ini, maka perlu untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya dilandasi niat yang baik dan dipimpin oleh kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok atau aliran tertentu. Jangan sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi tidak bisa memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan bergerak pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan ummat. Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai agama teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sehatera yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal yang dapat
merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain. 

Jama`ah Sholat Idul Fitri rahimakumullah

رُوِىَ اَنَّ بَعْضَ الصَّحَابَةِ قَالُوْا يَا نَبِيَّ اللهِ لَوَدَدْنَا اَنْ نَعْلَمَ اَيَّ التِّجَارَةِ اَحَبُّ اِلَى اللهِ فَنَتَجَرُّ فِيْهَا فَنُزِلَتْ (يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ)

"Diriwayatkan bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika berjumpa, salah seorang dari mereka berkata: "Wahai Nabi Allah, kami ingin sekali mengetahui bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa menjadikannya sebagai bisnis kami". Kemudian diturunkan ayat:

يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)

Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan hanya pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Jama'ah Sholat Idul Fithri rahimakumullah

Demikianlah tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri, untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial, serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
 
Sumber : Artikel Islami

Monday, 22 June 2015

RAMADHAN BULAN TRANSFORMASI DIRI

Setiap orang dalam dunia ini mahu mencipta kejayaan dalam kehidupan mereka. Mahu menjadi orang yang disayangi, dihormati dan mahukan kebaikan dalam seluruh tempoh kehidupannya. Bagaimanapun, semua itu tidak akan berhasil sekiranya mereka tidak tahu bagaimana untuk memulakannya.

Melalui program Tarbiah yang disiarkan secara langsung di stesen radio Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIMfm) setiap hari Jumaat jam 10.15 pagi bersama penceramah terkenal dan pakar transformasi diri  tanah air Prof. Dr. Muhaya Mohamad, kesempatan ini saya akan berkongsi beberapa tonggak utama perbincangan beliau sebagai asas penting untuk memulakan langkah bagi melakukan transformasi diri.

Sebagai seorang Islam kita mempunyai kekuatan yang amat hebat, apakah kekuatan itu? Jawapannya adalah doa. Dalam seluruh setiap detik kita menjalani hidup, perkara utama selain niat, adalah sentiasa memanjatkan doa kepada tuan empunya dunia ini iaitu Allah SWT. Antara doa yang barangkali boleh memandu hidup adalah “Ya Allah ya Tuhanku, Jadikanlah setiap hariku ini penambahan kepada agamaku, dan pada hari matiku adalah hari matinya segala dosa-dosaku”.

Doa mempunyai makna yang besar kepada setiap orang Islam yang hanya mengharap dan bergantung kepada kasih sayang Allah SWT dalam hidup. Setiap hari Allah SWT memberi peluang kepada kita untuk melakukan kebaikan. Dengan itu  kita wajar mengambil kesempatan yang ada untuk selalu memperbaiki diri dengan melengkapkan diri dengan ilmu agama sebagaimana yang diajar oleh ajaran Islam bagi mendapat keredhaan Allah di dunia dan akhirat.

Dalam hidup ini, sebenarnya setiap hari kita boleh menjadi orang baharu dengan menjadikan persekitaran sebagai guru kehidupan.  Selain itu juga perlu memastikan kita menambah diri kita dengan pengetahuan ilmu agama. Kesempatan yang kita miliki ini hendaklah digunakan dengan melihat setiap ciptaan Allah sebagai ruang untuk kita bermuhasabah diri dan membina minda positif untuk menjadi insan yang baik.

Dalam pada kita mahu menjadi insan yang sentiasa memperbaiki diri, kita juga disaran untuk memberi keutamaan dalam menjaga ibadah seperti sentiasa memeriksa kualiti solat, memperbaiki akhlak seperti akhlak Baginda Rasulullah SAW dan menjaga aurat. Perkara ini adalah asas bagi seorang mukmin yang mahu mengubah kehidupan ke arah hidup yang lebih bermatlamat. 

Tingkatkan Kualiti Diri 

Setiap kali kita ingin melakukan transformasi, perkara paling penting adalah meningkatkan standard pemikiran kita. Transformasi ialah meningkatkan diri kita ke satu tahap yang baru yang lebih baik. Bila menyebut tentang melakukan perubahan ianya bukan hanya melibatkan perubahan luaran, sebaliknya membina fokus kita daripada perkara-perkara fizikal kepada perkara yang bersifat spiritual iaitu kerohanian dan jiwa. Jika kita hanya menitikberatkan perkara luaran sahaja seperti menghias diri dengan pakaian yang indah tetapi tidak memelihara solat, tidak berlembut dalam akhlak, selalu berburuk sangka, dan hasad dengki, pasti ianya tidak akan membawa kita kemana-mana kerana transformasi yang bersifat luaran tidak akan kekal lama, malah ianya tidak membina kualiti pemikiran yang tinggi.

Orang yang mempunyai standard pemikiran yang tinggi memiliki personaliti yang tinggi. Mereka akan sentiasa memelihara perhubungan dengan Allah SWT dan dengan manusia. Berbuat baik dengan orang sekeliling dan menghormati sesiapa sahaja. Berfikiran positif atau selalu melihat orang lain adalah lebih baik dari diri sendiri merupakan kunci untuk membina keperibadian yang terpuji. Orang yang sentiasa bersangka baik tidak akan ada masa untuk mencela orang lain. Malah sekiranya berlaku perselisihan faham, diuji dengan kesakitan atau apa sahaja dugaan dalam hidup, ia merupakan peluang yang digunakan untuk bermuhasabah diri sendiri. 

Hamba Allah Bukan Hamba Ramadan 

Dalam kesempatan kita berada di bulan Ramadan ini, kita boleh menjadikan bulan yang penuh kemuliaan ini sebagai titik tolak untuk transformasi diri dengan meletakkan kekuatan akidah iaitu memperakui keEsaan Allah SWT sebagai matlamat utama. Dengan kekuatan kepercayaan terhadap kekuasaan Allah swt pastinya menjadi pencetus semangat untuk kita melakukan amal ibadah hanya kerana Allah swt.

Namun setiap amalan yang dilakukan bukan hanya mahu mendapat tawaran ganjaran di bulan ramadan sahaja sebaliknya ketaatan kepada Allah seharusnya pada setiap masa. Sebagaimana yang sering diunagkapkan oleh para ulama ‘sekiranya kamu “menyembah” Ramadan, Ramadan akan berlalu pergi, tetapi jika kamu menyembah Allah, Allah  akan kekal abadi dan tetap hidup”.

Justeru itu, biarlah perubahan yang kita lakukan dengan niat untuk istiqamah sehingga kita meninggalkan dunia ini dan menemui Allah SWT bila tiba saatnya.

Ramadan ini kita jadikan sebagai langkah awal untuk membuat perubahan diri sama ada dari segi amal ibadah kepada Allah, hubungan sesama kita atau urusan pekerjaan mencari rezeki yang halal. Dengan ini sudah pasti kita akan dapat menjadi insan yang bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri tetapi memberi kebaikan kepada orang lain.

Apa yang pasti, setiap sesuatu yang kita lakukan walau sebesar zarah sekalipun akan dinilai Allah dan dipertanggungjawabkan. Jadi, mulailah dengan kejernihan hati, jiwa yang kental dan kekuatan roh bahawa hidup ini hanya milik dan untuk Allah. Nescaya kita akan dapat memandu hidup ini pada landasan yang diredahai Allah.

Bagaimanapun, setiap dugaan kehidupan seperti diuji dengan masalah kesihatan dan sebagaimanya harus diterima dengan hati yang terbuka, malah jika kita bersyukur dengan ujian Allah ia akan menambahkan lagi ganjaran pahala kepada kita. Selalu meletakkan fikiran pada keadaan yang sentiasa positif akan melatih kita tenang berhadapan cabaran hidup pada hari ini dan mendatang. 

Prof. Dr. Muhaya juga turut mengajak setiap pembaca memiliki Jurnal Kehidupan masing-masing. Tujuan Jurnal Kehidupan ini ialah untuk kita mencatat apa sahaja perkara baik yang kita mahu dan akan lakukan. Dengan ini, secara tidak langsung akan menentukan halatuju kehidupan dan akan merangsang kita untuk melakukan perkara yang baik setiap hari.

Kehadiran Ramadhan yang sudah sampai ke pertengahan ini mudah-mudahan menjadi asbab kepada kita untuk mentransformasikan diri menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah. Dengan jiwa yang fokus kepada Allah, beriman kepada malaikat dan hari kiamat kita tidak akan menjadi manusia yang degil kepada setiap suruhanNya. Malahan setiap hari kita terus menanam azam untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat.

Sumber

Saturday, 20 June 2015

PUASA DAN TAKWA

SESUNGGUHNYA hubungan antara puasa dan taqwa amatlah erat. Ini kerana seseorang yang berpuasa dengan menjaga segala adabnya di samping melaksanakan segala ketaatan sama ada yang fardu atau yang sunat sudah pasti menatijahkan takwa. Hal ini bertepatan dengan firman Allah s.w.t, Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana ia diwajibkan ke atas orang-orang yang terdahulu dari kamu supaya kamu bertakwa. (al-Baqarah: 183) 
 
Sayid Qutub berkata: Demikianlah ayat ini menonjolkan matlamat agung dari ibadat puasa itu iaitu untuk mencapai takwa. Takwa itulah yang bersemarak dalam hati ketika mengerjakan fardu puasa kerana menjunjung perintah Allah dan mengutamakan keredaan-Nya. 
 
Takwa itulah yang mengawal hati dari merosakkan ibadat puasa dengan maksiat walaupun maksiat yang berbisik dalam hati. Orang-orang yang dihadapkan ayat-ayat al-Quran ini kepada mereka memang sedar betapa tingginya makam takwa di sisi Allah dan betapa beratnya timbangannya dalam neraca Allah. Takwa itulah matlamat yang ditujukan oleh jiwa mereka dan ibadat puasa hanya merupakan salah satu alat untuk mencapai takwa serta salah satu jalan yang menyampaikan kepada takwa. Oleh sebab itulah ayat ini mengangkat takwa di hadapan mata mereka selaku matlamat yang gemilang yang dituju oleh mereka menerusi ibadat puasa. 
 
Berdasarkan ayat di atas dapatlah disimpulkan bahawa natijah puasa itu ialah untuk mencapai ketakwaan. Inilah hikmah yang terbesar dari perlaksanaan ibadat puasa yang penuh dengan adab dan etikanya. Di sini diterangkan maksud takwa. 
 
Takwa pada bahasa diertikan dengan takut kepada Allah ada juga dengan maksud melaksanakan sesuatu yang diperintahkan dan meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Begitu juga diertikan dengan pemuliharaan dari terjatuh ke lembah maksiat. 
 
Seterusnya dinyatakan pandangan ulama berkenaan dengan takwa antaranya:
  • Saidina Ali berkata: Takwa ialah takut kepada Tuhan yang mulia, beramal dengan kitab yang diturunkan. Reda dengan sedikit dan bersiap sedia untuk hari kesudahan.
  • An-Nasr Abazi berkata: Takwa ialah seorang hamba bertakwa atau memelihara selain daripada Allah.
  • Abu Bakar Muhammad ar-Rauzabari berkata: Takwa ialah menjauhi apa yang menjauhimu daripada Tuhan.
  • Talq bin Habib berkata: Takwa ialah amalan dengan ketaatan Allah atas cahaya Allah.
  • Abu Hafs berkata: Takwa hanya pada halal semata-mata dan bukan yang lain.
  • Dikatakan juga takwa mempunyai peringkat: Bagi orang awam dengan selamat daripada syirik. Bagi orang khusus dengan selamat daripada maksiat. 

Bagi wali-wali dengan selamat bertawassul dengan perbuatan dan bagi Nabi takwa dengan selamat nisbah perbuatan apabila takwa mereka daripada-Nya kepada-Nya.
lIbn Ataillah Rahimahullah berkata: Bagi takwa zahir dan batin. Zahirnya dengan menjaga had dan batasan serta batinnya dengan niat dan ikhlas.
  • Abu al-Husein al-Zanjani Rahimahullah berkata: Siapa yang modalkan hartanya takwa, nescaya beratlah segala lidah daripada mensifatkan baunya.
  • Al-Wasiti Rahimahullah berkata: Takwa ialah seseorang memelihara dari takwanya yakni dari melihat ketakwaannya.
  • Abdullah bin Mas’ud r.a. mengatakan: Takwa adalah kamu sentiasa mengingati Allah dan tidak melupakannya, dipatuhi dan tidak diderhakai, disyukuri dan tidak diingkari.
  • Umar Ibn al-Khatab bertanya kepada Ubai bin Ka’ab sebutkan ciri-ciri takwa kepadaku? Jawab Ubai: Apakah tuan pernah melintasi kawasan dengan penuh duri? Umar menjawab: Ya. Katanya bagaimana tuan lakukan? Umar menjawab: Saya amat berhati-hari bagi menghindarinya daripada terkena duri. Kata Ka’ab: begitulah ketakwaan.

Allah juga menyebut bahawa hanya orang yang bertakwa mendapat hidayah. Ini kerana orang-orang yang bertakwa adalah orang yang paling agung dalam mengambil dari petunjuk al-Quran mereka juga membandingkan dan mengukur kelayakan al-Quran itu pada diri mereka.
Disini dinyatakan beberapa faktor bagi mendapat ketakwaan:
  • Merasakan pengawasan daripada Allah s.w.t Yang Maha Esa Lagi Maha Tinggi
  • Melaksanakan ibadat yang wajib dan juga yang sunat dengan penuh keikhlasan.
  • Menjauhi segala maksiat sama ada yang zahir mahupun yang batin seperti riak, ujub, takbur dan lain-lain.
  • Sentiasa mengkaji sifat orang yang bertakwa dan sejarah mereka seperti sejarah para anbiya terutamanya sirah Nabi Muhammad s.a.w dan para salafus salih terutamanya para sahabat.
  • Sentiasa berdampingan dengan orang-orang yang soleh. Pada saat yang sama menjauhi daripada golongan yang fasik dan yang derhaka kepada Allah.
  • Banyak tadabbur dan mengkaji ayat-ayat Allah sama ada ayat-ayat kaumiyah (alam) atau pun ayat-ayat maqru’ah (ayat-ayat al-Quran) kerana ia boleh mendatangkan keinsafan dan yang lebih utama membawa kepada makrifatullah. Dengan makrifah seseorang sudah pasti berjalan atas keredaan Allah tanpa merasa goyah dan boleh terpedaya oleh musuh yang nyata yakni syaitan.

Seterusnya kaitan puasa dengan takwa amatlah sinonim ini kerana orang yang berpuasa bersungguh-sungguh menjaga pantang larang dan melaksanakan adab-adab puasa sama ada yang zahir atau batin selaras dengan saranan Rasulullah. Justeru puasa amat mudah untuk menatijahkan takwa yang akan menjadi kemuncak perhambaan manusia kepada Tuhannya. 

Dengan takwa seolah-olah manusia mendapat pelbagai jenis keistimewaan sehingga Imam al-Ghazali menyebut didalam kitabnya Minhaj al-Abidin antaranya:
  • Mendapat sokongan dan dokongan daripada Allah.
  • Dikurniakan kemudahan dalam kehidupan.
  • Dimurahkan rezeki.
  • Dimenangkan ke atas musuh.
  • Diberi hidayah dan taufik.
  • Dikurniakan syurga pada hari akhirat.
  • Diselamatkan daripada neraka.

Oleh itu, marilah sama-sama meningkatkan prestasi ibadat puasa kita untuk mencapai ketakwaan dan dengannya kita menjadi golongan yang meraih kebahagiaan dunia seterusnya merentasi akhirat.

Sumber

Thursday, 18 June 2015

SELAMAT BERPUASA DI BULAN RAMADHAN

Hari ini Khamis 18 Jun 2015 atau 1 Ramadhan adalah hari pertama umat Islam di Malaysia mula berpuasa. Selamat mengerjakan ibadah berpuasa di bulan Ramadhan. Kepada putera dan puteri kami, beribadahlah di bulan Ramadhan ini walau berada di perantauan. 

1. "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa." (QS Al-Baqarah:183 ).

2. "Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dengan yang bathil ), karena itu barangsiapa diantara kamu menyaksikan (masuknya bulan ini ), maka hendaklah ia puasa... " (Al-Baqarah:185).

3. "Telah bersabda Rasulullah saw.: Islam didirikan di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad ituadalah utusan Allah. Mendirikan shalat mengeluarkan zakat puasa di bulan Ramadhan menunaikan haji ke Ka'bah. (HR.Bukhari Muslim).

4. "Diriwayatkan dari Thalhah bin 'Ubaidillah ra.: bahwa sesungguhnya ada seorang bertanya kepada Nabi saw.: ia berkata: Wahai Rasulullah beritakan kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah atas diriku. Beliau bersabda: puasa Ramadhan. Lalu orang itu bertanya lagi: Adakah puasa lain yang diwajibkan atas diriku?. Beliau bersabda: tidak ada, kecuali bila engkau puasa Sunnah."

Dari ayat-ayat dan hadits-hadits di atas, kita dapat mengambil pelajaran:
1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu ‘Ain (dalil 1, 2, 3 dan 4).
2. Puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan (dalil 1).

Saturday, 17 January 2015

TANGGUNGJAWAB UMAT ISLAM

Setiap makhluk yang dicipta oleh ALLAH di dunia ini mempunyai tanggungjawab dan peranan masing-masing. Tumbuhan, haiwan dan manusia telah diberi tugas oleh ALLAH. Terpulanglah kepada makhluk-makhluk Nya melaksanakannya. Manusia merupakan salah satu makhluk yang diciptakan oleh ALLAH dan diberi tanggungjawab banyak sekali berbanding dengan makhluk-makhluk yang lain. Ini adalah kerana manusia telah dikurniakan akal fikiran yang waras. 

Tanggungjawab dan peranan manusia terbahagi kepada lima yang utama:
  • Tanggungjawab kepada ALLAH
  • Tanggungjawab kepada masyarakat dan agama
  • Tanggungjawab kepada suami kepada isteri dan begitu sebaliknya (kekeluargaan)
  • Tanggungjawab anak terhadap orang tuanya
  • Tanggungjawab terhadap diri sendiri 

1. TANGGUNGJAWAB KEPADA ALLAH

Sebagai hamba ALLAH yang lemah kita mestilah sentiasa mentaati perintah ALLAH dan meninggalkan laranganNya. Kita mestilah menyembah ALLAH kerana Dia telah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya.
 

Firman ALLAH: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; kerana itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi ALLAH, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah 2:21-22) 

Manusia juga dipertanggungjawab mempelajari ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah.
Ilmu fardhu ain wajib dituntut seperti solat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Begitu juga ilmu fardhu kifayah, seperti solat jenazah dan sebagainya.
Sebagai contoh, solat memang sangat dititikberatkan dalam ilmu fardhu ain kerana ia dapat membuatkan seseorang hamba lebih kenal kepada siapakah penciptanya. Solat adalah suatu bentuk ibadah yang sudah dikenali sejak dahulu. Ia merupakan fardhu ain bagi agama. 

Namun demikian, solat didalam Islam mempunyai keistimewaan tertentu, sesuai dan selaras dengan Islam itu sendiri sebagai ajaran dan cara hidup yang sempurna dan lengkap bagi manusia. 

2. TANGGUNGJAWAB KEPADA MASYARAKAT DAN AGAMA 

Tiada seorang pun manusia didunia ini hidup keseorangan. Manusia telah dijadikan hidup berpasang-pasangan dan hidup dalam komuniti atau masyarakat. Sebagai salah seorang yang tergolong dalam komuniti ini, kita juga berperanan dalam membawa masyarakat Islam ke arah kehidupan yang berlandaskan Islam. 

Dakwah Dan Kebangkitan Ummah. Dakwah membersihkan masyarakat supaya yang ma’ruf senang diamalkan dan yang mungkar sukar dilakukan. Jika kita perhatikan masyarakat kita pada hari ini, perkara yang sebaliknya pula yang menjadikan kebiasaan. Dalam masyarakat kini, mungkar berleluasa dan orang-orang yang beriman dan yang kafir sama-sama bergiat bagi mengembangkan maksiat. 2 Sesungguhnya mungkar yang lebih besar pada masa kini ialah kezaliman dengan tidak menghukum dengan hukum-hukum ALLAH. Oleh kerana pemerintahan pada hari ini tidak tegak di atas dasar Islam. Umat Islam wajib membersihkan dirinya daripada sebarang noda syirik. Cara yang jelas bagi melaksanakan pembersihan ini adalah melalui amar ma’ruf dan nahi mungkar. Oleh itu jelaslah bahawa kebangkitan umat Islam dalam menentang syirik dan menegakkan Islam, mestilah berteraskan dakwah Islam. Tugas ini tidak boleh diabaikan oleh umat Islam. Tugas kepimpinan ini wajib dijaga sepenuhnya kerana ia merupakan anugerah ALLAH. 

Firman ALLAH:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. (Al-Baqarah;30)

Untuk membezakan diri daripada golongan munafik.

ALLAH menjelaskan hakikat orang munafik didalam firmanNya:
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka dengan sebahagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat makruf. (At-Taubah:67)
 

Ayat diatas menerangkan bahawa orang-orang munafik mempunyai satu risalah dalam hidup mereka, iaitu menghalangi jalan ALLAH. Oleh itu, dakwah sebenar ialah tugas yang
membezakan diantara orang mu’min dengan munafik.
 

Untuk menyelamatkan ummah 

Tujuan musuh-musuh Islam adalah untuk melemahkan umat Islam sendiri. Mereka sentiasa berusaha untuk menutup kebenaran. Oleh itu umat Islam wajib bangkit rencana dan musnahkan musuh-musuh Islam. Apabila ALLAH menurunkan azab-Nya ke atas kaum yang zalim dan ingkar kepada-Nya, maka ALLAH akan meliputi seluruhnya tanpa membezakan di antara yang zalim dan soleh jika kemungkaran tidak ditentang. 

Firman ALLAH:
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Dawud Isa ibn Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka derhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.. (Al-Maidah:78)
Menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab
.

Ia juga hendaklah menjadi seorang masyarakat yang bertanggungjawab terhadap masyarakatnya. Ia memastikan bahawa masyarakatnya mengamalkan Islam dalam semua aspek sama ada dari segi politik, sosial, pendidikan, perundangan, ketenteraan dan sebagainya. Sekiranya Islam pada keseluruhannya tidak dijadikan sebagai landasan perjalanan masyarakat, maka hendaklah ia berusaha dengan muslim yang lain didalam satu kumpulan untuk menegakkan Islam walaupun terpaksa menghadapi kerugian dari segi harta benda dan jiwa untuk melaksanakan peranannya sebagai seorang anggota masyarakat Islam yang bertanggungjawab. Dalam erti kata yang lain, 3 Hakimiyyah ALLAH dapat dibangunkan dengan sempurna. 

Selain itu didalam hampir semua negara–negara ini kemungkaran seperti mengilang arak, kegiatan perjudian dalam segala rupa bentuk tempat maksiat dan sebagainya tidak diharamkan secara mutlak. Umpamanya arak sekiranya dikilang atau diimport tanpa lesen. 

3. TANGGUNGJAWAB SUAMI TERHADAP ISTERI DAN SEBALIKNYA (KEKELUARGAAN) 

Sekiranya telah tiba masanya untuk ia mendirikan rumahtangganya sendiri, maka mestilah ia memilih teman hidup yang baik seperti yang telah disyariatkan oleh Islam. Hendaklah ia membina rumah tangga di atas dasar Islam. 4 Sekiranya ia seorang lelaki maka mestilah dipenuhi tanngungjawabnya sebagai seorang suami, dan begitulah juga sebaliknya iaitu wanita. 

Tanggungjawab suami terhadap isterinya ialah memberi nafkah zahir dan batin, memberi kasih sayang, melindungi isterinya, membimbing keluarganya ke jalan Islam dan lain-lain lagi. Tanggungjawab isteri terhadap suaminya pula ialah, melayani suaminya dengan baik, lemah-lembut, menyahut panggilan suaminya dengan merendah suaranya, menumpahkan kasih sayang sepenuhnya dan lain-lain lagi. 

Tanggungjawab Ibubapa 

Apabila dikaji hadith-hadith Rasulullah SAW yang berkaitan dengan kewajipan ibubapa maka para ulama’telah menggariskan berbelas-belas tanggungjawab iaitu: 
  • Memilih isteri yang solehah
  • Azan dan iqamah di telinga bayi
  • Melakukan tahnik
  • Mencukur rambut
  • Melakukan aqiqah
  • Memberi nama yang baik
  • Mengkhatankannya
  • Memberikan kasih sayang
  • Menyamakan pemberian
  • Memberikan makan dan minum serta pakaian yang halal
  • Mengasingkan tempat tidur
  • Memberikan pendidikan agama 

4. TANGGUNGJAWAB ANAK TERHADAP ORANG TUANYA 

Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menerangkan bagaimana besar dan beratnya kewajipan dan tanggungjawab seorang anak terhadap ibu bapanya. Sehingga perintah dan suruhan berbakti dan berbuat baik kepadanya disertakan dengan perintah dan suruhan menyembah dan beribadah kepada ALLAH. 

Firman ALLAH:
Dan hendaklah kamu menyembah (dan berbakti) kepada ALLAH dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu, dan hendaklah kamu berbuat baik dengan sesungguhnya kepada ibubapa. (Al-Nisa:36)
 

Dan Tuhanmu telah memerintah supaya kamu semua tidak menyembah melainkan Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapa, jika salah seorang dari mereka itu atau kedua-duanya sampai umur tua dalam peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka ‘uh’, dan janganlah engkau herdik mereka, tetapi berkatalah kepada mereka dengan perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua kerana sayang, dan katakanlah, ”Ya Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka peliharaku di waktu kecil. ” (Bani-Israel:23-24) 

Dari beberapa ayat-ayat al-Qur’an diatas jelaslah menunjukkan betapa besarnya kewajipan mentaati dan berbakti kepada dua ibu bapanya dan ia merupakan amalan takarrub kepada ALLAH yang sangat besar pahalanya. Dan sebaliknya melakukan sesuatu sama ada perkataan atau perbuatan yang boleh mengecilkan hati keduanya apatahlagi sampai menderhakainya adalah suatu dosa yang sangat besar disisi ALLAH. 

Hukum berbakti kepada ibubapa 

Jelas dari al-Qur’an, sunnah dan ijmak ulama’ taat serta berbakti kepada kedua ibu bapa hukumnya wajib. Suruhan dan perintah taat kepada keduanya dalam al-Qur’an disertakan dengan perintah taat kepada ALLAH sendiri. Demikian juga perintah mensyukuri dan berterimakasih kepada keduanya juga disertakan dengan perintah bersyukur kepada ALLAH sendiri. 

Firman ALLAH:
Dan Kami wajibkan manusia taat kepada ibubapanya, ibunya telah mengandungkan dia dalam keadaan lemah bertambah lemah, sedang putus susunya adalah dalam dua tahun. (Kami perintah) Hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku dan ibu bapamu, kepada-Kulah tempat kembali. (Luqman:14)
 

5. TANGGUNGJAWAB TERHADAP DIRI SENDIRI 

Sebagai seorang yang mukhallaf kita telah dipertanggungjawab oleh ALLAH dalam banyak perkara. Dari sekecil-kecil perkara sehinggalah sebesar-besar perkara. Sebagai umat Islam, tanggungjawab terhadap diri sendiri adalah penting juga selepas tanggungjawab terhadap ALLAH, agama, masyarakat dan sebagainya. 

Tanggungjawab seorang muslim 

Sebagai seorang muslim, kita mestilah menuntut ilmu selagi hayat dikandung badan. Sesungguhnya menuntut ilmu adalah suatu perkara yang sangat dituntut dalam Islam. Malah ia merupakan perkara yang wajib ke atas laki-laki dan perempuan-perempuan. Selain itu, Rasulullah SAW juga menekankan bahawa tuntutlah ilmu itu dengan bersungguh-sungguh dan di mana sahaja. 

Sabda Rasulullah SAW
Tuntutlah ilmu sehingga ke negeri China…

Selain itu juga, sebagai muslim, kita dituntut menjaga akhlak dan tatasusila dalam pergaulan seharian. Tunjukkanlah akhlak Islam yang kamil terhadap semua orang termasuklah yang bukan Islam. Ini dapat mencerminkan betapa mulianya dan indahnya Islam di kaca mata masyarakat.
 

Menjadi seorang muslim yang soleh 

Seseorang muslim yang berpegang teguh kepada tujuan hidup Islam akan membentuk kehidupannya menurut tuntutan-tuntutan Islam. Ia akan membentuk hidupnya diatas landasan aqidah yang sahih. 5 Sentiasa menjaga kesejahteraan imannya dengan berpegang teguh dengan segala perintah ALLAH serta bersungguh–sungguh menjauhi larangan ALLAH. Tidak lalai terhadap yang wajib dan tidak memandang ringan terhadap yang haram. Berterusan berusaha memperbaiki diri dari sudut iman, amal, akhlak dan ilmu demi untuk mendekatkan diri kepada ALLAH. 

Menjauhi maksiat
Sesorang muslim itu juga mestilah menjauhi dirinya dari maksiat. Memandang berat terhadap dosa-dosa besar, 6 berwaspada terhadap dosa-dosa kecil dan berusaha bersungguh-sungguh untuk menjauhinya.
 

Imam Al-Ghazali memberi peringatan:
Di dalam tuntutan ad-Din, terdapat dua perkara yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertama, meninggalkan dan menjauhi segala sesuatu hal yang dilarang dan diharamkan. Kedua, berbuat taat dan menunaikan segala perintah, beribadah dan berbakti kepada ALLAH.


Di antara keduanya itu, menjauhi segala yang dilarang dan diharamkan itu adalah sesuatu hal yang terlalu berat, kerana ketaatan melaksanakan perintah-perintah ALLAH memang mampu dilaksanakan, tetapi meninggalkan dan menjauhi apa yang dilarang dan diharamkan itu, tiada yang mampu kecuali orang-orang yang benar. 

Untuk menjadikan iman jauh dari pengaruh maksiat, hendaklah seseorang muslim itu menjaga adab-adab yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. 7 Ini adalah kerana kebiasaannya syaitan itu menyerang manusia dari pintu-pintu yang terlemah didalam dirinya. Oleh itu, hendaklah ia membentengi dirinya daripada serangan-serangan syaitan. 

PENUTUP

Kesimpulannya, kita sebagai umat Islam yang berlandaskan pegangan Al-Quran dan sunnah, seharusnya kita sedar akan peranan dan tanggungjawab kita dalam setiap aspek dan tuntutan Islam. Sesungguhnya kita haruslah mengambil berat akan tanggungjawab dan peranan kita sebagai khalifah di muka bumi ini agar hidup kita diberkati dan diredhai oleh ALLAH. Muslim yang sejati dan benar adalah manusia yang sedar hatinya, celik matanya dan terbuka pintu imannya. (Keperibadian Muslim:Muhammad ‘Ali Hasyim;Jil 1, hal 18) 

Enam dosa-dosa besar sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Hajar didalam Fathul Bari ialah: Setiap dosa yang telah dijelaskan dengan nas al-Qur’an atau sunnah bahawa ia adalah dosa besar, atau dijelaskan padanya balasan seksa yang dahsyat, atau dijelaskan padanya hukum hudud, atau sangat ditegah melakukannya. Dosa-dosa besar itu banyak, antaranya syirik, sihir, riba, zina, minum arak dan sebagainya. (Fathul Bari : Ibn Hajar Al-Asqalani ;Jil 15, hal 200) 

Tujuh adab-adab ini telah ditunjukkan oleh rasulALLAH, ia bersangkutan dengan: 
  • Mata dan apa yang dilihatnya
  • Telinga dan apa yang didengarinya
  • Lidah dan apa yang diucapkannya
  • Perut dan sumber yang bagaimana dimasukkan ke dalamnya
  • Tangan dan apa yang dilakukannya
  • Kaki dan ke mana diarahkannya
  • Kemaluan dan bagaimana dijagainya
  • Hati dan dosa-dosa yang dilakukannya